Tag Archive | masyarakat

Ciri-ciri Rumah Sakit Maut

Berikut adalah hal-hal yang perlu diwaspadai, mungkin saja Rumah Sakit Anda termasuk yang mematikan:

Koordinasi yang buruk dan staf yang asal njeplak. Misal, pasien sudah disuruh puasa, katanya mau dibedah sore nanti. Setelah berlapar-haus dalam gelisah hingga petang, akhirnya bertanya kenapa belum dibedah juga. Satu staf bilang dokternya masih membedah pasien lain. Staf lain bilang si dokter sedang naik haji. Akhirnya datang staf senior menyuruh makan saja, karena dokternya sedang seminar dan baru akan datang beberapa hari lagi. Tanpa rasa bersalah, tanpa minta maaf.

Administrasi keuangan yang tidak beres. Misalnya, saat diminta rekap berapa dan untuk apa saja biaya yang dikeluarkan pasien, pihak administrasi perlu waktu berhari-hari. Saat akhirnya berhasil dicetak pun jumlahnya tidak sesuai.

Gemar Mempersulit Hidup Orang Lain. Kadang pasien yang sudah berhasil keluar hidup-hidup, masih perlu tanda tangan dokter atau cap dari pihak rumah sakit untuk urusan asuransi. Nah, untuk mendapatkan hal sesederhana itu saja perlu waktu berhari-hari.  Orang-orang ini mungkin tadinya bercita-cita jadi Polisi bagian administrasi atau Birokrat pemda agar bisa membaktikan diri secara full time dalam menyusahkan orang yang sedang susah, tapi karena sudah tak ada lowongan, akhirnya mereka menjangkiti rumah sakit.

Menyewa Dokter Pemburu Bonus yang pikirannya berada dibawah hipnotis sales/marketing Pabrik Obat. Dokter-dokter ini secara otomatis selalu meresepkan obat-obat paten (bukan generik) yang harganya jauuuh lebih mahal tanpa memperingatkan pasien. Padahal apa susahnya memberi penjelasan ke pasien bahwa: “Obat generik memang murah, tapi dosisnya payah, keampuhannya diragukan, nanti bukannya sembuh malah membusuk dan mati pelan dalam penderitaan, makanya kita HARUS pakai obat paten MERK YANG INI, walau mahal tapi lebih ampuh. Anda cepat sembuh, saya dapat bonus.” Dokter begituan mungkin juga bernafsu untuk meresepkan obat-obat yang sebenarnya tidak diperlukan oleh pasien. Sangat berbahaya bagi jiwa, tubuh dan kantong Anda.

Kenyamanan Ruang Rawat Inap yang mengerikan, seolah dirancang untuk menghambat kesembuhan. Misalnya kasur yang sudah kempes banget di tengah tidak diganti walau sudah diminta. Akibatnya pasien yang terlalu lama berbaring di situ akan mendapatkan bonus cedera/kelainan baru di punggungnya.

Atau posisi lampu yang dirancang sedemikian rupa agar menyakitkan mata pasien. Kapanpun pasien membuka mata, cahaya lampu super terang yang tak boleh dimatikan akan langsung menusuk ke mata seolah sengaja supaya pasien kena glaukoma.

Atau mengijinkan terlalu banyak pengunjung berisik. Misalnya ibu-ibu numpang arisan dan anak-anak kesetanan yang gemar berteriak/menangis dibiarkan masuk dan berlama-lama. Ini sepele banget, tapi efektif mencegah pasien beristirahat, juga dapat meningkatkan stress.

Atau remote AC yang sulit ditemukan, karena satu rumah sakit cuma ada satu. Bahkan setelah seluruh penghuni kamar sepakat bahwa AC terlalu dingin/panas, tak seorangpun bisa mengubah setelan suhu karena harus menunggu perawat berpetualang mencarinya ke ruangan-ruangan lain.

Atau menyediakan TV yang isinya hanya sinetron, diletakkan di posisi luar biasa tinggi hingga sulit dimatikan.  Seperti AC, remotenya juga entah dimana. Tak perlu dijelaskan betapa buruk efek sinetron pada pikiran manusia. Bagi yang sehat saja merusak, apalagi untuk yang terbaring sakit. Maut.

Ikut campur soal agama berkedok bimbingan spiritual. Ini dilakukan pihak rumah sakit dengan mendatangkan pendakwah agama sesuai KTP pasien. Orang-orang menyebalkan akan datang tak diundang dan membacot terlalu banyak soal Tuhan. Dengan sok tahu dan tanpa bukti, mereka akan menuduh Tuhan bertanggung jawab atas segala derita yang dialami pasien, lalu mendakwahi pasien dengan nasihat-nasihat religius yang kurang ajar dan menyesatkan. Pasien datang untuk memperbaiki fisik, tapi pikirannya malah diracuni dan ditakut-takuti dengan dakwah agama. Semoga saja biayanya tidak dibebankan pada pasien.

Semoga Anda tidak pernah berurusan dengan Rumah Sakit seperti itu. Jika ternyata pernah, silakan berbagi, agar lebih banyak warga bisa lebih berhati-hati.

Waspadalah.

Peringatan Penulis: Tulisan ini bukanlah sebuah curcol atas layanan rumah sakit yang pernah dikunjungi. Hanya sebagai renungan dan pembelajaran saja bagi siapapun yang masih bisa merenung dan mengambil pelajaran.

Gambar dari NerdyNurse.

Tradisi, tidak semua harus dipelihara

“Sesungguhnya doa yang segera terkabul adalah doanya kaum yang ikut slametan/tahlilan” ~ Hasil Riwayat Anonim

Sahih banget. Tadi sore pun terbukti masih relevan. Manusia tidak perlu menunggu lama sebelum doa terkabul. Cukup datang, duduk, doa-doa merdu barang sebentar, dan langsung dapat berkah. Berkahnya berupa “berkat” yang nilainya tergantung sang penyelenggara hajat.

Ehem…

Jadi, tadi sore saya ikut berdoa *muka insap*.

Weits… ini bukan cerita pengalaman spiritual kok, ini soal tradisi.

Jadi dalam undangan kali ini saya datang sangat awal. Selain ikut menyeret-nyeret kursi agar menyingkir demi umat, saya juga sempat ke dapur untuk meninjau dan mencicipi makanan yang akan dijadikan berkat. Disinilah saya menemukan sesuatu yang ganjil. Sesuatu yang jarang saya temui di acara slametan/tahlilan yang lain *emang jarang ikut juga sih*.

Ada beberapa ibu yang sibuk membungkus batang-batang rokok untuk disertakan dalam boks paket berkat. Jadi setiap boks berkat yang diterima umat akan disertai satu batang rokok. Supaya tidak terpapar minyak dari makanan yang lain, batang-batang rokok ini pun dibungkus plastik. Repot sekali.

“Memang adatnya disini gitu!” Jawaban yang saya terima saat menanyakan kenapa harus disertai rokok.

“Ya tapi udah tradisinya seperti itu!” Ini jawaban yang saya terima saat mencoba berargumen bahwa rokok itu tidak sehat, dan menyelipkan rokok ini bisa dianggap sebagai dukungan untuk terus merokok bagi perokok, dan agar mencoba rokok bagi yang belum.

Akhirnya sambil maklum saya bertanya untuk terakhir kali, “Gimana kalau tradisi ini tidak usah kita hormati saja? Nggak usah dijalankan?”

Dan jawabannya tentu saja tegas, “Nggak bisa, pokoknya tradisi harus dihormati!”

Rokoknya mungkin ngerusak paru-paru. Bungkus plastiknya juga mungkin merusak bumi. Tapi tradisi tetap harus dihormati. Mungkin pikir sang penyelenggara ini bukan masalah besar, toh bikin acara macam ini juga jarang, tidak pasti setahun sekali. Sekali-kali mendukung prilaku merusak tidak akan berpengaruh besar.

Kalau ibu-ibunya begitu, anak-anaknya akan tumbuh jadi gimana?