Tag Archive | islam

Surat untuk Abu Bakar, Pemberitahuan Pindah

Saya rasa kita perlu membuat surat tokoh-tokoh pemimpin umat (terutama yang hampir expired) agar mau menulis dan berbagi ilmunya dengan masyarakat. Jadi ilmu mereka tidak hilang dibawa mati. Karena itulah barusan saya sudah menulis surat untuk Abu Bakar Bashir agar menjadikan kegiatan menulis sebagai bagian dari pengisi waktunya dalam penjara.

Satu lagi, ternyata kebiasaan saya mencoba-coba dan berpindah diantara layanan gratisan belum juga hilang. Jadi dengan posting ini saya memberitahukan keputusan saya untuk mencoba lagi coret-coret di blogspot-nya blogger.com, layanan gratisan dari Google.

Alasannya? Karena sekarang mereka tampil lebih keren. Lebih mudah gonta-ganti template sepuasnya secara jauuuh lebih mudah karena sekarang ada template designer. Plus bisa juga dipasangi kotak komentar yang nyambung ke Facebook. Tak kalah lagi dari “threaded comment” milik wordpress.com, bahkan sedikit lebih baik.

Jangan kuatir, mata Anda tak akan sakit tertusuk iklan, karena blogspot saya tidak dijejali iklan layanan masyarakat (maupun pembodohan masyarakat) sebagaimana umumnya laman-laman di blogspot.

Jika ada umur panjang, silakan mampir di tempat baru saya,
Alamat URL: guhpraset.blogspot.com
Alamat RSS: feeds.feedburner.com/blogspotguh

Terimakasih banyak sudah memperhatikan :)

UPDATE:

Saya balik lagi ke sini. Disana hanya dipakai khusus untuk topik iseng, otak-atik gathuk dan apapun yang butuh javascript.

Pancasilaus Islamus vs Sentimenus Pembencius

Suatu sore, terciptalah dua mahluk dalam sebuah cerita.

Namanya Pa Is (PAncasilaus ISlamus) dan Si Pus (SentImenus pembenciUS). Yang pertama adalah manusia yang Islami dan anehnya juga percaya pada Pancasila. Sedangkan Si Pus kebalikannya, manusia yang sentimen dengan apapun yang berbau Agama (terutama Islam), sekaligus juga benci pada Pancasila.

Pa Is waktu kecil adalah anak kolong yang taat. Ayahnya jarang terlihat karena sibuk mencabuti nyawa para musuh penguasa negara, Ibunya aktif cari penghasilan tambahan dan Pa Is sendiri adalah anak pemberani yang rajin keluar komplek menerobos kawat berduri, masuk kampung untuk ikut mengaji. Walau gelap belum ada listrik, terpaksa pakai “obor” seadanya, dia tetap rajin memburu Tuhan, mengumpulkan pahala, demi surga. Menurutnya, dulu untuk ngaji saja memang harus keluar pagar. Asrama yang dia tinggali masih murni merah putih dan belum “sehijau” sekarang. Sekarang Pa Is hidup nyaman di pinggiran Ibu Kota, menekuni hobi barunya, belajar  berpikir, sambil mengelola buruh-buruh perusahaan warisan.

Si Pus sejak kecil nasibnya kurang beruntung. Suatu malam ayahnya dibantai oleh para tetangganya sendiri yang tiba-tiba jadi sangat benci pada anggota PKI, konon pembantaian itu juga dilakukan sambil berteriak-teriak memuji Tuhan. Setelah traumanya sembuh sial lagi, dibawah todongan senapan aparat negara, rumah dan ladang keluarganya dibeli paksa dengan harga nista oleh sebuah korporasi selingkuhan penguasa. Baru bangkit dari pemiskinan, sial lagi. Beberapa tetangga beragama yang menghargainya sebagai manusia tanpa peduli pada label KTP tiba-tiba lenyap tanpa bekas. Tersisa hanya rumah-rumah yang rata dengan tanah. Dibumihanguskan oleh sesama kaum beragama yang merasa agamanya lebih benar. Si Pus muak dan minggat, pergi transmigrasi. Hidupnya kini mulai nyaman di tempat yang PLNnya mulai rajin menyala, GPRSnya mulai stabil, tukang sengketa tanah tak muncul lagi dan para jidat hitam bercelana cingkrang tak lagi dakwah di pintu setelah diancam akan dilaporkan ke densus88.

Pa Is menerima keMahaBenaran Agama sedalam keyakinannya pada kemahabenaran guru-guru agamanya, dia juga meyakini kesaktian Pancasila sesuai doktrinasi yang diterimanya sejak masih berbentuk sperma.

Si Pus menganggap Agama (apapun termasuk Islam) dan Pancasila sebagai petaka bagi umat manusia, tak lebih dari senjata sikuat untuk menjajah silemah, sesuai pemahamannya yang simplistik dan penuh dendam akibat apa yang dialami sejak kecil.

. . .

Pada 1 Juni 2010, serangkaian kebetulan mempertemukan kedua tua bangka itu. Benturan pemahaman pun terjadi. Pa Is yang sejak kecil tumbuh diantara pendakwah yang selalu bergaya maha benar tidak bisa menerima sudut pandang Si Pus yang berbeda. “Kesesatan Si Pus” dianggap sebagai ladang amal, kesempatan untuk berdakwah dan mencerahkan seorang manusia.

Tapi tentu saja diskusi jadi mbulet nggak jelas. Ruang kata dipenuhi anggota sekte fallasiyah. Generalisir, ad hominem sampai terasi semua berebut tempat duduk.

Bagaimana cara menghentikan pemborosan energi ini? Menghentikan prematur akan sangat tidak mendidik, tapi dilanjutkan mbulet juga akan membuang usia.

. . . . . . . . .

Menurut saya, sebaiknya masing-masing segera membebaskan diri dari buntelan dulu. Yang dibenci Si Pus dan dipuja Pa Is ini sebenarnya buntelan. Buntelan Agama dan buntelan Pancasila. Dibenci dan dipuja sebagai buntelan tanpa sadar isinya apa.

Memenangkan Pa Is tampaknya tak sulit. Tuduhan bahwa Islam dan Pancasila adalah ajaran petaka bisa dipatahkan dengan membongkar buntelan. Pancasila dan Agama ini kan buntelan-buntelan yang terdiri dari banyak ide yang biasa diterima bulat-bulat, kaffah tanpa mikir. Nah, Pa Is bisa ajak Si Pus untuk membongkar Buntelan-buntelan itu isinya apa, ajarannya gimana dan pikir apa efeknya pada manusia.

Ajak Si Pus untuk menunjuk dengan jelas, bagian mana yang mengajarkan keji. Mana yang membuat penguasa semena-mena memiskinkan rakyatnya, mempersembahkan pengolahan sumberdaya alam pada korporasi penyembah profit, membiarkan rakyat saling bunuh karena agama. Tunjuk yang jelas mana ajaran-ajaran yang mengajarkan korporatokrasi Pancasila, atau yang mengajarkan adu domba, kekejian, kebencian dan perpecahan.

Setelah Si Pus gagal menemukan, dia akan belajar bahwa selama ini dirinya salah sasaran. Ternyata si kambing hitam tak berdosa. Bebas dari memuja kambing hitam yang salah, Si Pus dan Pa Is bisa barengan mencari lagi, menemukan sumber masalah yang sebenarnya dan menemukan cara memperbaikinya.

Tapi kalau ternyata ketemu gimana? Kalau ternyata setelah dibongkar, ternyata buntelan-buntelan ini memang isinya busuk dan mengandung ajaran keji gimana?

Ya itu urusan nanti, hehe. Setidaknya proses desakralisasi dan penghancuran berhala sudah dimulai. Nanti bisa dipikir lagi yang bener. Kalau perlu mengundang orang yang kompeten. Kompeten dalam mengajarkan cara berpikir yang benar. Atau ada ide yang lebih baik?


Catatan: Si Pus dan Pa Is ini harus dianggap sebagai tokoh fiksi. Harus. Semuanya fiktif termasuk latar belakang tokoh juga juga fiktif. Tapi perdebatan konyol itu cukup nyata, benar-benar sering terjadi di antara manusia Indonesia. Jadi kalau ada ide untuk solusi yang oke, itu sungguh akan menolong.

9 Jurus Ampuh Membungkam Aidid Safar

Anda tahu Aidid Safar? Dia adalah penulis buku Mental Bondage In The Name Of God. Sebuah buku yang mengajukan beberapa sudut pandang yang “beda” dalam memahami Islam dengan berpedoman pada Al Quran.

Saya baru membaca PDFnya (dengan sekilas). Menurut saya, walaupun dia menawarkan pemahaman Islam yang lebih damai, yang tanpa terror maupun pemaksaan, tapi efek samping wacana yang ditawarkan sangatlah merugikan para Ulama, terutama yang menuhankan Hadist. Wacana tentang posisi Hadist terhadap Quran, juga tentang ‘sepenting apa sih posisi ulama’ dalam memahami pesan-pesan dalam Quran sampai siapa yang harusnya punya otoritas dalam memaksakannya pada manusia dibahas dengan bersandar pada ayat-ayat Qur’an.

Tidak hanya Ulama Islam sedunia, bahkan Kerajaan Saud pun dapat ikut dirugikan. Penjelasan Aidid tentang Ka’bah dan ibadah Haji mungkin saja membuat pembacanya tergerak untuk berhenti membuang uang demi naik haji berulang kali, mungkin jadi hanya sekali saja, atau malah memilih tidak pernah berangkat sama sekali.

Gara-gara internet, wacana-wacana sesat macam itu semakin hari jadi semakin mudah kita akses. Terlalu mudah hingga jadi ancaman bagi keimanan kita. Karena itulah, dengan sedikit bantuan Google yang Lumayan Maha Tahu, saya coba kumpulkan beberapa jurus untuk melindungi Agama, Iman dan Tuhan anda dari hasutan Aidid dan orang-orang sejenisnya.

  1. Katakan bahwa semua yang Aidid sampaikan adalah sampah dan yakinilah pernyataan anda sendiri sebagai kebenaran sejati.
  2. Katakan bahwa dia sebenarnya tidak mengerti Bahasa Arab sedikitpun, kerjanya dia hanya membual saja
  3. Yakini bahwa dia bukan orang Arab, karena itulah dia tidak berhak untuk memahami Qur’an dengan cara baru yang tidak sesuai ajaran Arab.
  4. Jika anda tidak bisa membaca bahasa inggris, bersyukurlah. Jangan belajar bahasa itu. Banyak tulisan yang merusak iman ditulis dalam bahasa Inggris. Jangan biarkan anak anda belajar bahasa Inggris, ajarkan bahasa Arab saja, itupun sebisa mungkin hanya sebatas menyanyikannya, jangan sampai dia tertarik cari tahu apa artinya.
  5. Yakinilah bahwa keyakinan dan pemahaman anda saat ini sudah yang paling benar, tidak mungkin dan tidak akan ada yang lebih benar lagi, karena pemahaman anda sudah yang paling benar sedunia akhirat.
  6. Yakinilah bahwa dia adalah agen kafirisasi yang ditugaskan oleh agama lain untuk merusak Iman. Atau jika Aidid tampak mengkritisi semua agama, maka tuduh lah dia sebagai agen atheis yang dilaknati Tuhan.
  7. Bahasa Arab adalah bahasa yang paling hebat sedunia akhirat. Kadang sebuah kata bisa memiliki banyak makna. Saat Aidid (atau siapapun) menawarkan pemaknaan yang berbeda dari ajaran yang kita terima selama ini, maka yakinilah bahwa dia itu bukan siapa-siapa. Yang berhak memilih makna mana yang diwakili oleh setiap kata hanyalah para Ulama Arab di jaman dahulu. Bukan siapapun di jaman sekarang, apalagi Aidid yang pikirannya ga jelas itu.
  8. Jangan sekali-kali menggunakan akal apalagi menuhankan akal. Kalaupun terpaksa menggunakan, gunakan hanya untuk membela keyakinan anda. Hanya untuk membuat pembenaran. Bagaimanapun, Aidid hanya akal-akalan saja untuk membual dengan mengatasnamakan Quran.
  9. Demi membela agama, baik ad-hominem, fitnah bahkan sampai pembunuhan sekeji apapun telah sering kita halalkan. Tak sepantasnya anda malah ragu dalam hal sepenting ini. Jangan biarkan setan menyelipkan keraguan di hati anda.

Tentu saja masih banyak jurus lain yang bisa diusulkan. Silakan berbagi cara yang menurut anda lebih jitu.

Sekarang saya ucapkan selamat. Anda yang sudah membaca posting ini boleh bersyukur. Jika suatu saat nanti menemukan saya (atau orang lain) membahas isi buku tersebut, anda sudah lebih aman karena telah mengetahui caranya menjaga iman. Jurus-jurus ampuh tersebut juga akan melindungi anda dari wacana-wacana sesat lainnya. Sekali lagi, selamat!