Tag Archive | kebhinekaan

Indahnya Keberagamaan

Klik gambar untuk memperbesar

Rencananya, jika natal nanti Jemaat Gereja Kristen Indonesia (GKI) Yasmin menggelar puji-pujian untuk Tuhan, maka sekitar 2000-3000 massa Keluarga Muslim Bogor (KMB) sudah siap untuk bergabung dan ikut menggelar puja-puji bagi Tuhan di depan bangunan gereja.

Indah sekali bukan? Walau beda agama, beda doktrinasi, beda cara, sering bertengkar, tapi akhirnya sudi menggelar puji-pujian bersama di lokasi yang sangat berdekatan. *terharubiru*

Malam itu pasti akan banyak yang terharu karena fenomena kebersamaan yang sangat tidak biasa. DAN pasti banyak yang bakal terperangah karena agama mulai berubah, yang tadinya cuma pupuk fanatisme, alat pemicu konflik, dan senjata pengalih perhatian mainan penguasa… ternyata mulai berubah menjadi alat pemersatu rakyat !

Keren.

Tuhan pasti juga akan bergembira ria karena bergelimang pujian dari ribuan manusia yang berkumpul  di sana :))

Selamat Natal,
Selamat Tahun Baru,
Semoga kedamaian…
dan akal sehat selalu mewarnai setiap langkah kita
.

Cara Keren Membela Agama Yang Bermanfaat

Dulu sekali, saya pernah dengar bahwa agama bisa dipasarkan dengan membagikan makanan. Dengan iming-iming mie instant, orang dengan mudah bisa diajak untuk berpindah agama.

Kemarin saya dengar lagi, ada orang yang pindah agama karena dimodali untuk usaha bakso. Konon dagangan baksonya juga lumayan sukses, dari melarat tak punya apa-apa, kemudian bisa hidup berkecukupan.

Bagi saya, membuka kesempatan usaha dan bantuan modal itu keren. Lebih keren dari sekedar memberi makanan, cuma mie instant pula. Sayangnya trik tersebut hanya dipakai untuk merekrut anggota baru. Itu mengingatkan saya pada operator seluler yang tarif nol rupiahnya hanya memanjakan pelanggan baru tapi tak boleh dinikmati oleh pelanggan lama.

Bagaimanapun, ini adalah perkembangan bagus. Dari sekedar menawarkan “ikan”, berkembang jadi menawarkan “kail”. Dari memperdayai manusia, mulai bergerak ke arah memberdayakan manusia.

Perkembangan yang baik ini harusnya mendapat pengarahan dan dukungan penuh dari kementrian Agama.

Pengarahan? Dukungan? Maksud lu, Guh?

Ya, supaya jangan sekedar jadi ajang promosi untuk merayu member baru. Umat setia yang sudah lama memeluk juga harus ikut menikmati.

Caranya?

Kementerian agama bisa bikin kompetisi terbuka. Setiap tahun bikin award untuk agama dan agamawan yang paling berhasil memajukan umatnya. Ya gimana caranya lah supaya para agamawan sibuk berlomba memprovokasi umat untuk maju dalam ekonomi, sains, teknologi maupun kesadaran.

Persaingan seperti ini akan mengarahkan energi religius umat dan agamawan ke arah yang positif. Energi yang tadinya terbuang sia-sia untuk tersinggung, marah, mengkafirkan atau menghalalkan darah, dapat diarahkan untuk hal-hal yang jauuuh lebih bermanfaat.

Jika kompetisi sukses tersosialisasi dan semua mengikuti, para agamawan tak kan punya waktu lagi untuk membuat permufakatan jahat demi menyingkirkan golongan lain lewat perbuatan-perbuatan keji. Tak punya waktu lagi untuk merencanakan terror dengan alasan membela agama. Semua akan terlalu sibuk berkreasi dan berkarya demi membuktikan bahwa umatnya yang paling maju berkat bimbingan agama yang paling membawa kebaikan. Jika di dunia sudah terbukti paling berkah, umat juga bakal lebih mudah percaya pada janji apapun yang baru terbukti di akhirat sono.

Konon Tuhan pernah bersabda: Kalau di dunia buta, di akhirat juga bakal buta. Bagi saya itu simbolis saja, karena gak mutu banget Tuhan yang keji pada orang cacat. Jadi Tuhan pasti setuju kalau saya bilang bahwa itu sabda maksudnya: Mereka yang di dunia membabi buta, di akhirat nanti juga sama. Begitu pula agama yang di dunia bikin susah rusuh madesu, nasib umatnya di akhirat juga sama aja. Sabda itu jelas untuk memperingatkan manusia agar hati-hati dalam mempercayai mulut mulut agamawan. Hati-hati dalam membabibuta meyakini perkataan orang yang hobi mengatasnamakan agama atau tuhan.

Awalnya mungkin saja kompetisinya berjalan norak. Setiap agama hanya berlomba untuk mensejahterakan umatnya sendiri sambil menganaktirikan golongan lain.

Tapi tak akan selamanya. Sebab tidak hanya cara promosi yang bervolusi, cara umat menilai juga pasti berevolusi.

Akan terjadi seleksi hingga yang tersisa hanyalah agama-agama yang percaya diri. Agama yang bersih dari sifat manja, yang tidak gampang tersinggung atau gampang merasa ternodai. Agama yang tersisa hanya yang memberdayakan umat, bukan yang memperdaya. Yang mencerdaskan dan memajukan, bukan yang membodohi dan mengadudomba. Dan di posisi juara sejati, pastilah sebuah agama yang membawa berkah bagi semesta alam. Agama yang berkahnya luas,  tidak sebatas memberkahi penganutnya saja, tapi juga memberkahi umat agama lain, bahkan yang tidak beragama dan anti agama sekalipun.

Agama yang kolot sensi manja pemarah, ngajak terror dan mengadudomba akan dilupakan dan jadi fosil tak berguna. Tercatat sebagai sejarah kelam umat manusia.

Itulah saat dimana para ateis, agnostik dan siapapun yang suka mengolok-olok agama akan gigit jari sampai giginya retak. Mereka akan terpaksa mengakui kenyataan bahwa agama ternyata bisa membawa kebaikan, bahkan malah mengakselerasi kemajuan umat manusia.

Gimana, gimana, gimana? Menurut Anda, ide macam ini bisa dong diusulkan ke menteri agama?

Papah… Curhat Dong!!!

Walau rasanya bukanlah seorang pendengar yang baik, ada saja teman yang menjadikan saya sebagai “tong sampah”. Tempat berkeluh-desah tentang masalah-masalah pribadi, yang biasanya berkutat seputar asmara.

Yang paling menyebalkan adalah saat menerima curhat lewat telpon atau sms. Sudah kepala kena radiasi, atau jempol pegal, tapi tak ada wujud indah yang bisa dilihat. Tidak ada kemungkinan dipeluk sambil nangis (atau nafsu). Tidak ada kompensasi instan apapun yang bisa saya harapkan.

Beda jika dengar curhat secara langsung. Sambil berjuang mendengarkan dengan khusuk, saya bisa mengagumi keindahan wujudnya sambil merespon dengan suara “ooo…”, “waw!”, “duh…” atau “hmmm…”. Tentunya dengan penuh empati sebagai respon pada bibir-bibir merekah yang sedang berkatarsis. Kadang juga diam-diam bisa latihan kegel sambil menyembunyikan ereksi.

Tapi benar juga sih kata orang tua (entah orang tua siapa), bahwa selalu ada berkah dibalik setiap derita. Begitu juga saat dijadikan tong sampah jarak jauh, ternyata ada juga hikmahnya. Ini baru saya sadari setelah kelamaan bengong. Dua bulan di daerah primitif, memberi saya kesempatan merenungkan hal-hal yang sebelumnya tak terpikir.

Karena tak bisa disambi “ngapa-ngapain”, pikiran saya malah sepertinya jadi kreatif. Terpaksa merespon dengan kata-kata sok tahu yang agak panjang. Cukup panjang sampai jadi kalimat. Walau serasa asal njeplak, sering kalimat yang terucap justru jadi nasihat untuk diri saya sendiri. Tentunya setelah dipikirkan ulang.

Contohnya kemarin, seorang wanita curhat tentang ketiga lelaki yang memperebutkan hati (dan kelaminnya). Salah satu ke-galau-annya adalah bagaimana cara mengetahui keseriusan seorang lelaki. Dan respon ngasal saya berbunyi kurang lebih begini:

“manusia itu mudah berubah, untuk saat ini bisa saja serius dan terbukti serius, tapi nanti atau esok tiada yang bisa jamin”.

Dhueng!!!!… Asal ngomong tapi kok yang kena saya sendiri. Tiba-tiba saya mikir, bener juga tuh. Dulu saya juga pernah merasa bodoh karena merasa dipermainkan sejak awal oleh seorang bidadari jahat. Sekarang jadi terpikir, mungkin saya tidak sebodoh itu, mungkin beliau tidak sejahat itu. Mungkin awalnya memang sungguh serius banget, tapi kemudian beliau berubah, sebagaimana alam yang terus berubah. Dan saya jadi merasa lebih ringan. Si Beliau sudah berubah, semesta sudah berubah, saya kok terus ngotot tidak mau berubah, ya jadinya saya menderita sendirian deh… hehe, jadi inget Pak Husni Mubarak *lho*.

Dari kalimat itu juga jadi terpikir…. mungkin inilah sebabnya mengapa manusia perlu menciptakan ikatan bernama pernikahan. Manusia bisa berubah, rasa bisa sirna atau berganti sasaran. Dengan adanya pernikahan, komitmen bisa terus dipaksakan.

Wanita kedua di hari yang sama juga nyampah dari jarak jauh. Sebut saja namanya S (Seksi). Beliau murka besar karena merasa dipermainkan oleh pasangan aneh. Setelah pacaran sekian bulan dengan pria X, baru ketahuan ternyata Si X sudah punya pacar, sebutlah namanya Y. Mba Y yang juga murka mengajak S untuk sama-sama melabrak X. Setelah repot-repot menemani Y demi melabrak X, tak lama kemudian si Y malah baikan lagi dengan X. Dan S pun gondok segede bwanget, padahal cukup yodium. Tapi gondoknya juga ilusif sih.

*benerin bibir dulu, kusut abis bergosip*

Hasrat Mba Seksi untuk membuat jera si X saya tanggapi dengan:

“Ada orang yang bohong karena terpaksa, ada yang karena sudah dari sononya tukang bohong, genetik yang dia warisi itu genetik tukang tipu. Sampai kapanpun juga dia suka nipu. Berusaha bikin jera cowo kayak gitu adalah perbuatan yang hampir pasti sia-sia. Buang waktu aja.”

Dhuengg…!!! (lagi). Saya sendiri yang kena juga. Saya pernah ingin merubah orang lain dari perokok menjadi tidak merokok. Baru sadar ternyata saya kurang menghargai diversity, kurang menghayati kebhinekaan. Adalah kenyataan bahwa sebagian manusia tidak bisa diajak menghargai kesehatan (diri sendiri dan orang sekitarnya). Genetik yang mereka warisi dari leluhurnya memang begitu.

Mba Seksi juga super sebal pada si Y yang sudah dibela malah balikan lagi. Katarsis ini saya tanggapi dengan penghakiman super sok tahu…

“Memang ada orang-orang yang begitu. Walau tidak balik lagi ke X, nanti kalau cari ganti pasti dia cari yang brengseknya sama. Bawah sadarnya terlanjur mencandu kesedihan. Akan selalu mencari alasan agar dirinya bisa tersakiti. Masokis najis.”

Lagi-lagi Dhueng…!!! Saya juga yang kena. Tapi untuk yang itu saya cuma ketok-ketok meja sambil merapal mantra amit-amit. Najis, najis, yaa amit amiiiiit. Semoga saya, Anda, dan mereka semua dijauhkan dari mencandu pada kesedihan. Dijauhkan dari suka mencari-cari alasan agar bisa murung dan bermuram durja.

Ya sudah. Ternyata jadi tong sampah jarak jauh ada manfaatnya juga. Bisa buat update blog juga :)

Begitulah.