Tag Archive | listrik

PLN, kemuraman dan harapan

Ternyata…

  • PLN adalah perusahaan yang selalu merugi. 1.5 Triliun pada 2007, 13.1 T pada 2008, entah sekarang berapa
  • Peralatan yang tidak efisien, gampang rusak atau busuk tidak mudah diganti karena terganjal birokrasi yang rumit
  • Biaya untuk perbaikan, perawatan maupun inovasi memang tergantung pada birokrat karena PLN tidak punya uang, sebagai perusahaan merugi PLN harus mengemis terus pada pada negara
  • Sementara biaya pembangkitan energi mahal, TDL tetap rendah, akhirnya besar pasak daripada tiang, ini dituding sebagai biang kerugian
  • Walau kapasitasnya terbatas, PLN harus terus menerima pelanggan baru karena diwajibkan oleh UU
  • Permintaan yang terus membengkak, suplai yang terbatas, menyebabkan ML (Mati Lampu) bergilir

Cukup-cukup… Mau sampai semuram apa? Pesannya sudah dapat, ini Perusahaan Lilin Negara emang jeleek banget nasibnya. Doom. Gloom. Ancurrr. Ngapa ga bubar aja toh?

Eits, apa iya se-kiamat itu?

Baca Selengkapnya..

Demi PLN yang lebih baik

Dulu, saya selalu membayangkan bahwa PLN itu isinya para pegawai negeri yang makan gaji buta. Datang hanya untuk absen, kerjanya asal-asalan, dan entah kenapa negara terus membayar gaji mereka, dengan uang yang diambil dari rakyat.

Saya membayangkan mereka semua, semuanya dan terutama para pimpinannya, selalu kerja seenak udelnya sendiri, tanpa peduli sedikitpun akan kualitas layanan pada pelanggan. Keyakinan akan keburukan mereka diperkuat setiap kali saya menelpon untuk mengadu. Nyambungnya sangat sulit, kalau nyambung jarang diangkat dan ketika berhasil bicara tidak akan menghasilkan apapun. Jawaban selalu klise, ada perbaikan entah dimana, tapi saat ditanya perkiraan waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan perbaikan, dia tidak akan tahu. Gombal. Asli gombal.

Tapi prasangka buruk ini mulai berubah saat saya membaca curcol seorang kawan dalam jejaring sosial:

Papa saya orang PLN, jadi saya tahu keadaan mesin-mesin PLTD tua di kota saya yg seringkali byarpet, dan setiap kali terjadi tensi papa saya naik terus memikirkan kapan mesin itu bisa diperbaiki, sehari dua belum tentu jadi.. jd harus sering sering pemadaman bergiliran disana.

Saya terkejut. Jika beliau mengatakan yang sebenarnya, berarti generalisir yang saya lakukan sudah salah dan jahat sekali. Ternyata masih ada orang baik dalam perusahaan aneh itu. Masih ada orang yang punya hati dan merasa tersiksa saat gagal memberikan pelayanan yang baik.

Saya jadi bertanya-tanya,
Kenapa mesin-mesin tua itu tidak juga diganti?
Bagaimana proses pembelian spare parts selama ini, apakah transparan? Apa bisa dipertanggungjawabkan? Apa ada markup?
Dengan kapasitas yang sudah jelas terbatas, apakah mereka terus menerima pelanggan baru?
Kalau penguasa memang tidak mampu membelikan mesin yang lebih baik, bolehkah masyarakat berswadaya?
Kalau rakyat telat bayar tegas didenda, diputus.. Kalau layanan PLN buruk gimana? Leher siapa yang boleh diputus?

Gimana cara memperbaiki layanan PLN? Sejak saya masih belum bisa berpikir sampai sekarang mulai belajar mikir, PLN masih saja suka mematikan semena-mena. Seolah para penguasa di khayangan sana tidak bisa diharapkan untuk perbaikan.

Dan saya mulai membayangkan apa yang dibutuhkan PLN untuk membuatnya jadi lebih baik…

Saya pikir jawabannya adalah transparansi. Semua harus dibuka untuk publik. Saya tidak melihat alasan untuk tidak melakukan itu. Ini perusahaan milik negara, dan negara milik rakyat. Rakyat berhak tahu bagaimana perusahaan aneh ini dijalankan.

Tidak perlu kuatir rahasia mereka untuk cari untung diketahui pesaing, toh dalam dalam bisnis listrik ini PLN melakukan monopoli. Tidak perlu kuatir pasar direbut pesaing.

Semua pengadaan barang harus dibuka. Tendernya, penjual, makelar, semuanya jelas. Jadi bisa segera ketahuan andai yang markup, bisa langsung ditangkap andai ada yang sengaja beli sparepart busuk dan gampang rusak  supaya bisa sering repeat order.

Manajemen dibuka setransparan mungkin. Jadi rakyat bisa ikut memberi masukan untuk perbaikan. Misal, pimpinan di sebuah wilayah punya kelakuan seperti setan, sudah merencanakan pemadaman dengan alasan perbaikan tapi sengaja tidak memberi tahu pelanggan, langsung saja esoknya melakukan pemadaman berjam-jam. Jika ini dibuka, maka ada kemungkinan salah seorang dari “Rakyat” yang melihat kelakuan si setan akan memberi ide: “Gimana kalau kita memanfaatkan teknologi super canggih bin ajaib yang namanya SMS? Sekarang kan SMS sudah murah, apa susahnya sih sehari sebelum pemadaman di SMS satu-persatu? Kan pelanggan bisa mempersiapkan molotov.”

Ya begitulah. Saya yakin memaksakan transparansi akan membuat PLN jadi perusahaan yang lebih baik. Setidaknya rakyat bisa tahu apa saja kebusukan yang terjadi di dalam sana, jadi tidak lagi sembarangan menghakimi dan berburuk sangka. Orientasinya juga kalau bisa dirubah, jangan terlalu menuhankan profit, harus fokus ke pelayanan. Semua sumber pembangkitan harus dikuasai negara. Minyak, batubara, gas, apapun itu jangan diserahkan pada perusahaan asing, harus dibawah kendali perusahaan yang bekerja dibawah pengawasan rakyat dan demi rakyat. Rakyat disini bukan cuma yang elit, tapi semuanya.

Trus gimana sekarang?


Gambar dari thejakartaglobe

Setelah Earth Hour, lalu apa?

  • Memproduksi sel matahari secara massal, agar harganya terjangkau. Kalau bisa setiap atap dan jendela rumah/perkantoran dilapis bahan ini. Setidaknya siang hari kita tak perlu minta listrik pada PLN.
  • Serius mengembangkan pembangkit listrik bertenaga hidrogen. Beberapa operator seluler sudah menggunakannya untuk sebagian BTS mereka. Jika ternyata hidrogen bisa dipisahkan dari air dengan sedikit listrik, maka listrik itu bisa didapat dari sel matahari. Siang hari kita bisa membuat hidrogen, menyimpannya dalam tabung-tabung, untuk digunakan setiap malam atau saat matahari kurang cerah.
  • Memilih Pemimpin yang mau serius memperjuangkan energi alternatif, tapi tidak melulu lari ke nuklir ;)
  • Serius menyediakan jalur sepeda untuk para ‘biker to work’, termasuk parkir dan kamar mandi umum biar kantor ga bau keringet. hehe
  • Pakai kendaraan ber cc kecil saja, walau mampu bayar bensinnya kita alihkan saja dana tersebut untuk hal yang lebih earth friendly
  • Sebelum tidur matikan komputer semuanya, jangan hanya monitor. Tak perlu download hal-hal yang tidak berguna, seperti porno,  dakwah kebencian, maupun game-game bajakan. Waktu yang jadi luang karena absennya hal-hal tersebut bisa digunakan untuk belajar atau bereksperimen terkait energi alternatif.
  • Mengajak para pendakwah agama, agar memprovokasi umatnya untuk berlomba-lomba mencipta inovasi dan mengembangkan teknologi terkait energi alternatif. Adakan sayembara, agama yang umatnya berhasil menemukan teknologi aplikatif untuk energi alternatif, mendapatkan hadiah berupa label “agama canggih yang ajarannya masih relevan, mencerdaskan umat dan bersahabat dengan bumi” :D

Menurut ANDA, sebaiknya apa lagi yang harus dilakukan?


* Posting ini dibuat setelah membaca pertanyaan Jazzadict dalam plurknya.